Seni Kreatif

27 Februari 2014

Ceramah Agama



Toleransi Antar Umat Beragama
Oleh : Atikah Nurul Fitri

السلام عليكم ورحمةالله وبركاته
Muqadimah,....
Yang kami muliakan, para alim ulama dan dewan juri. Yang kami hormati, guru-guru kami, serta tak lupa pula sahabat-sahabat kami yang senasib seperjuangan yang sama-sama di muliakan Allah.
Tiada kata yang indah dan penuh makna  selain ucapan puja dan puji syukur kehadirat Allah ilahi robbi dengan kalimah syukur “alhamdulillahi robbil ‘alamin”,  sebab rahmat dan hidayah-Nya, kita semua bisa thalabul ilmi di tempat yang penuh barokah ini.
Shalawat serta salam semoga kita haturkan kepada  Nabi agung, Muhammad SAW, juga keluarganya, para sahabat dan seluruh pengikutnya.

Saudaraku yang sama-sama dimuliakan Allah... dalam kesempatan ini saya akan menyampaikan tema “Toleransi Antar Umat Beragama”
Toleransi (Arab: as-samahah) adalah konsep modern untuk menggambarkan sikap saling menghormati dan saling bekerjasama di antara kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda baik secara etnis, bahasa, budaya, politik, maupun agama. Karena itu, toleransi merupakan konsep agung dan mulia yang sepenuhnya menjadi bagian organik dari ajaran agama-agama, termasuk agama Islam.
Dalam konteks toleransi antar-umat beragama, Islam memiliki konsep yang jelas. “Tidak ada paksaan dalam agama” , “Bagi kalian agama kalian, dan bagi kami agama kami”  adalah contoh populer dari toleransi dalam Islam.
Islam mengajarkan bagaimana manusia untuk beribadah secara benar kepada Allah atau hablum minallah, betuul...?! Tapi, juga!... hablum minannas (hubungan dengan sesama manusia)  ajaran yang begitu indah, sesama manusia sudah seharusnya kita saling memperhatikan dan saling menghargai perbedaan,  yang muda menghargai yang tua, yang tua menyayangi yang muda, yang kuat membantu yang lemah, yang kaya menolong yang miskin. Hidup ini saaangat indah kalau bisa hidup saling berdampingan, membantu, rukun, damai dan berbagi kebahagiaan.
Sauadaraku,...  ada sebuah kisah yang patut kita teladani,
Di pagi hari yang cerah ada seorang pemuda muslim berangkat kerja naik taksi. Ia sangat ramah dan ceria, sepanjang perjalanan ia bersenandung kecil. Pak sopir memulai bekerja dengan doa orang Nasrani, sebab ia beragama Nasrani, pak sopir tersenyum melihat keceriaan pemuda itu, ia ingin memberikan pelayanan terbaik; mengemudi dengan halus, memasang AC, menawari koran yang dibelinya, diputarnya lagu yang syahdu pelan-pelan agar sang penumpang terasa nyaman.

Sampai ditujuan, pemuda itu membayar 50 ribuan untuk argo 30 ribu tanpa meminta uang kembalian dari sopir taksi itu. Sang sopir menerima dengan penuh syukur, lantas dia memacu taksinya menuju warung “ACE” Cina langgananya, untuk sarapan. Yang biasanya dia makan dengan sayur dan tempe minta  kepada ACE menambahkan dengan sepotong ayam goreng. ACE sangat senang melihat pak sopir menikmati sarapannya. Selesai membayar sarapan pak sopir menambahkan 5 ribu rupiah untuk uang saku anak ACE yang kebetulan mau sekolah.
Dengan tambahan uang jajan 5 ribu rupiah, anak ACE itu berangkat sekolah dengan senyum lebar, ia membeli 2 potong kue. Satu potong kue untuk dirinya dan satu potong  lagi diberikan kepada temannya yang tidak membawa bekal sama sekali, tentunya temannya itu sangat senang dan bahagia mendapatkan kue kesukaannya dipagi itu. Cerita kebahagiaan demi kebahagiaan ternyata berlanjut...bergulir...seperti bola salju.
Inti cerita ini adalah soal menerima dan memberi, tanpa membedakan Agama, ras maupun suku. Kemampuan menerima dan memberi seperti itu membutuhkan kekuatan hati, dan jiwa yang bersih.
Membuat dan membuat orang lain bahagia adalah kebahagiaan. Bisa menerima itu adalah berkah,...dan bisa memberi adalah anugerah. Perilaku di dunia seperti itu akan menciptakan kerukunan dan keluasan jiwa. Perilaku seperti itu ketika diniati ibadah dan amar ma’ruf akan menciptakan pahala yang berujung surga.
Hadirin rahimakumullah
Sudah semestinya kita sebagai muslim yang sejati sekaligus umat yang terbaik di dunia ini, untuk mencontoh panutan kita. Baginda Rasulillahi s.a.w. seperti firman Allah dalam Surah Al-Ahzab ayat 21  :
لقد كان لكم في رسول الله اسوة حسنة...الاية. سورة الاحزاب : ٢١
Niscaya sungguh telah ada untuk kalian, suri tauladan paling baik di dalam diri Rasulullah...
Allah juga telah menegaskan dalam ayat yang lain, yaitu Surah Al-Maidah ayat 2 :
... وتعاونوا على البر والتقوى ولا تعاونوا على الاثم والعدوان ... الاية. سورة الماءدة : ٢
...saling menolonglah kalian atas kebaikan dan takwa, dan jangan saling menolong dalam dosa dan permusuhan,...
Dan sabda Rasulullah saw.                                                    والله في عون العبد ماكان العبد في عون اخيه
“Allah akan menolong hambanya, selagi hambaitu mau menolong saudaranya”


Dari hadits itu, berarti dengan kita bisa menolong saudara kita itu sama halnya kita menolong diri kita sendiri.
Sebuah hadits yang beeeegitu indah : dari Ibnu 'Abbas, ia berkata; Ditanyakan kepada Rasulullah saw. "Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah?" maka beliau bersabda: "Al-Hanifiyyah As-Samhah (yang lurus lagi toleran)]"
Toleransi menurut Syekh Salim bin Hilali memiliki karakteristik sebagai berikut, yaitu antara lain:
  1. Kerelaan hati karena kemuliaan dan kedermawanan
  2. Kelapangan dada karena kebersihan dan ketaqwaan
  3. Kelemah lembutan karena kemudahan
  4. Muka yang ceria karena kegembiraan
  5. Rendah diri dihadapan kaum muslimin bukan karena kehinaan
  6. Mudah dalam berhubungan sosial (mu’amalah) tanpa penipuan dan kelalaian
  7. Menggampangkan dalam berda’wah ke jalan Allah tanpa basa basi
  8. Terikat dan tunduk kepada agama Allah Subhanahu wa Ta’ala tanpa ada rasa keberatan.
Hadirin yang berbahagia.....
"Marilah kita memiliki cinta dan kasih yang lebih, sebuah cinta yang mencair semua oposisi, kasih yang mengalahkan semua musuh, cinta yang menyapu semua hambatan, cinta yang aboundeth dalam amal, heartedness besar, toleransi, pengampunan dan mulia berjuang, cinta yang menang atas semua rintangan.”
Kita hidup tak hanya sendiri, banyak cinta, banyak luka, terserak di akhir cerita
Kita juga punya tetangga, kiri kanan, muka belakang, sama saja
Siapa mau elegan, hidup bermental arogan, semikan ego sentral, dalam jiwa rapuh namun tak gentar
Tak bisalah begitu, semutpun akan selalu berpeluk rindu, apatah lagi insan sempurna, harusnya semakin merunduk, laksana padi siap di panen.
Toleran, ayolah toleran, dunia bukan hanya kita punya, ada banyak warna, berhak nikmati semua
Andai hatimu dewasa, akal nalar selalu aktif bekerja, tentu hatimu percaya, mudahkanlah saudaramu,
atau tinggalkanlah sengketamu, berteriak tanpa malu, hanya hasilkan cemburu dan benalu
Saatnya mulai berbagi, toleransi dalam segala sisi, tentu harus tetap mengusung batasan-batasan Ilahi
Sebab kita juga berhak rindu, hidup sama tinggi, dan sejajar membangun negeri.
Semoga bermanfaat, dan mohon maaf atas segala kesalahan.
 والسلام عليكم ورحمةالله وبركاته

Tidak ada komentar:

Posting Komentar