Seni Kreatif

19 Maret 2013

PAI SMA BAB 4 KELAS X/2



HASUD, RIYA, DAN ANIAYA

A.    PEMBELAJARAN
Standar kompetensi
Menghindari perilaku tercela

Kompetensi dasar.
1.     Menjelaskan pengertian hasad, riya, aniaya dan diskriminasi
2.     Menyebutkan contoh perilaku hasad, riya, aniaya dan diskriminasi
3.     Menghindari hasad, riya, aniaya dan diskriminasi dalam kehidupan sehari-hari


Pengalaman belajar.
1.     Mendisikusikan dengan kelompok tentang sifat hasud, riya, dan aniaya.
2.     Membaca dan mempelajari  Q.S  An Nisa 32 dan 45, Q.S  Al Baqarah 229, 35, dan 254, Q.S  An Nisa 9 dan 30, Q.S  Al Hujurat 11, Q.S  Yunus 13, Q.S  Al Maidah 39.
3.     membiasakan diri berperilaku menghindari perbuatan hasud, riya' dan aniaya

Materi
1.     Sifat hasud.
2.     Sifat riya’
3.     Sifat aniaya.

Alokasi waktu : 2 x 45 menit.

1.     Hasud
Salah satu penyakit hati yang sangat besar adalah hasud. Hasud ( dengki ) adalah sikap batin tidak senang terhadap kenikmatan yang diperoleh orang lain dan berusaha untuk menghilangkannya dari orang tersebut. Imam Ghazali mengatakan bahwa hasud itu adalah cabang dari syuh (  الشخ) yaitu sikap batin yang bakhil berbuat baik.
Rasulullah saw menggambarkan betapa tercelanya kedengkian itu dengan sabdanya: ”Kedengkian memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar”(HR.Ibnu Majah dari Anas) Ketika seseorang mengharapkan lenyapnya nikmat dari orang yang didengki maka saat itu ia telah berlaku hasad, karena sesungguhnya kedengkian adalah membenci nikmat dan menginginkan lenyapnya nikmat itu dari orang yang mendapatkannya.
Pantaslah jika Rasulullah saw pernah menyebut seseorang sebagai penghuni surga akan lewat di depan sahabat-sahabatnya, yang ketika kejadian itu berulang tiga kali dalam tiga hari Rasulullah menyebutnya sebagai seorang dari penghuni surga, dan ketika ditelusuri oleh Abdullah bin Amer bin al-Ash dengan bermalam di rumah orang tersebut selama tiga malam, ia tidak pernah melihat amalan orang tersebut yang berlebihan, bahkan orang itu juga tidak bangun malam, kecuali jika berbalik dari tempat tidurnya ia menyebut Allah, ia tidak bangun kecuali untuk shalat subuh, dan tidak pernah mendengarnya berkata kecuali kebaikan.
Bahkan hampir saja Abdullah meremehkan amalannya. Ketika Abdullah mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah telah bersabda begini dan begitu, kemudian ia bertanya : ”Apakah gerangan yang membuatmu mencapai tingkatan tersebut?"
Orang tersebut menjawab: ”Tidak ada apa-apa kecuali yang kamu lihat, hanya saja aku tidak punya rasa benci dan dengki kepada salah seorang pun dari kaum muslimin yang dikaruniai Allah kebaikan”.
Di sinilah Abdullah menemukan jawaban itu, ia berkata :”Itulah rupanya yang membuatmu mencapai tingkatan itu, dan itulah yang tidak mampu kami lakukan”.
Demikianlah nikmatnya jika kita dapat menghidarkan diri dari berlaku hasad pada orang lain yakni surga, yang sesungguhnya terlihat sangatlah sepele persoalannya meskipun sesungguhnya berat dalam pengamalannya.
Cukuplah menjadi renungan kita bersama bahwasanya penyebab pembunuhan pertama kali di muka bumi ini terjadi yaitu anak Adam membunuh saudaranya adalah disebabkan oleh kedengkiannya pada saudaranya atas nikmat yang dimilikinya lalu kita bertanya masihkah kita harus mendengki?
Rasulullah bersabda:
ولا تحاسدوا ولاتقاطعوا ولاتباغضوا ولاتدابروا وكونوا عبادالله إخوانا كما أمركم الله ( رواه البخري ومسلم )
Artinya :
Janganlah kamu sekalian saling mendengki, membenci, dan saling belakang-membelakangi; tetapi jadilah kamu hamba Allah yang bersaudara sebagaimana yang telah diperintahkan Allah kepadamu ( H.R Bukhari dan Muslim )

Setiap muslim/muslimah wajib hukumnya menjauhi sifat hasud karena hasud termasuk sifat tercela dan merupakan perbuatan dosa. Simaklah QS. An Nisa' [4]: 32


 










Artinya:
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Bahaya hasud :
1)    Merusak iman orang yang hasud.

الحسد يفسد الايمان كما يفسد الصبر العسل ( رواه الديلم )
Artinya :
Hasud itu dapat merusak iman sebagaimana jadam merusak madu (H.R Ad Dailami)
2)    Menghanguskan segala macam kebaikan yang perah dilakukan.

إياكم والحسد فان الحسد يأكل الحسنات كما تأكل النارالحطب   ( رواه ابو داود )
Artinya :
Jauhilah darimu dari hasud karena sesungguhnya hasud itu memakan kebaikan-kebaikan seperti api memakan kayu bakar. ( H.R Abu Dawud )

3)    Tersiksa batinnya untuk selama-lamanya, sebab di dunia ini tidak sepi dari orang-otang yang mendapat nikmat dari Allah baik berupa ilmu, pangkat, atau harta benda sementara dia selalu diliputi rasa dengki terus menerus.
Ada 2 macam hasud yang dibolehkn, Rasulullah bersabda
لاحسد إلا فى اثنين: رجل أتاه الله مالا فسلطه على هلكته فى الحق ورجل أتاه الله الحكمة فهو يقضي بها ويعلمها               ( رواه البخري )
Artinya :
Tidak boleh iri hati kecuali dalam 2 hal : 1. Seorang yang diberi oleh Allah SWT harta kekayaan maka dipergunakan untuk mempertahankan hak ( kebenaran ) dan 2. Seorang yang diberi Allah SWT ilmu hikmah, maka ia pergunakan dan ia ajarkan.        ( H.R Bukhari )

2.     Riya’
Menurut bahasa artinya pamer, sedang menurut istilah yaitu memperlihatkan suatu ibadah dan amal shalih kepada orang lain, bukan karena Allah tetapi karena sesuatu selain Allah. Sedang memperdengarkan ucapan tentang ibadah dan amal salehnya kepada orang lain disebut sum'ah (ingin didengar).
Riya' dan sum'ah merupakan perbuatan tercela dan merupakan syirik kecil yang hukumnya haram. Riya’ sebagai salah satu sifat orang munafik yang seharusnya dijauhi oleh orang mukmin. Simak QS. An Nisa' [4] 142!


 






Artinya :
Sesungguhnya orang-rang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan jika mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas, mereka bermaksud riya’ ( dengan shalat itu ) dihadapan manusia, dan tidaklah mereka dzkiri kepada Allah kecuali sedikit sekali.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah bercerita, ''Di hari kiamat nanti ada orang yang mati syahid diperintahkan oleh Allah untuk masuk ke neraka. Lalu orang itu melakukan protes, 'Wahai Tuhanku, aku ini telah mati syahid dalam perjuangan membela agama-Mu, mengapa aku dimasukkan ke neraka?' Allah menjawab, 'Kamu berdusta dalam berjuang. Kamu hanya ingin mendapatkan pujian dari orang lain, agar dirimu dikatakan sebagai pemberani.
Dan, apabila pujian itu telah dikatakan oleh mereka, maka itulah sebagai balasan dari perjuanganmu'.'' Orang yang berjuang atau beribadah demi sesuatu yang bukan ikhlas karena Allah SWT, dalam agama disebut riya. Sepintas, sifat riya merupakan perkara yang sepele, namun akibatnya sangat fatal. Sifat riya dapat memberangus seluruh amal kebaikan, bagaikan air hujan yang menimpa debu di atas bebatuan.
 Allah SWT berfirman QS. Al-Furqan [25] : 23


 



Artinya:
''Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.''

Abu Hurairah RA juga pernah mendengar Rasulullah bersabda, ''Banyak orang yang berpuasa, namun tidak memperoleh sesuatu dari puasanya itu kecuali lapar dan dahaga, dan banyak pula orang yang melakukan shalat malam yang tidak mendapatkan apa-apa kecuali tidak tidur semalaman.''
Begitu dahsyatnya penyakit riya ini, hingga ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah, ''Apakah keselamatan itu?'' Jawab Rasulullah, ''Apabila kamu tidak menipu Allah.'' Orang tersebut bertanya lagi, ''Bagaimana menipu Allah itu?'' Rasulullah menjawab, ''Apabila kamu melakukan suatu amal yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya kepadamu, maka kamu menghendaki amal itu untuk selain Allah.''
Meskipun riya sangat berbahaya, tidak sedikit di antara kita yang teperdaya oleh penyakit hati ini. Kini tidak mudah untuk menemukan orang yang benar-benar ikhlas beribadah kepada Allah tanpa adanya pamrih dari manusia atau tujuan lainnya, baik dalam masalah ibadah, muamalah, ataupun perjuangan. Meskipun kadarnya berbeda-beda antara satu dan lainnya, tujuannya tetap sama: ingin menunjukkan amaliyahnya, ibadah, dan segala aktivitasnya di hadapan manusia.
Secara tegas Rasulullah pernah bersabda, ''Takutlah kamu kepada syirik kecil.'' Para shahabat bertanya, ''Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan syirik kecil?'' Rasulullah berkata, ''Yaitu sifat riya. Kelak di hari pembalasan, Allah mengatakan kepada mereka yang memiliki sifat riya, 'pergilah kalian kepada mereka, di mana kalian pernah memperlihatkan amal kalian kepada mereka semasa di dunia. Lihatlah apakah kalian memperoleh imbalan pahala dari mereka'

Tanda-tanda riya’
Tanda-tanda penyakit hati ini pernah dinyatakan oleh Ali bin Abi Thalib. Kata beliau, ''Orang yang riya itu memiliki tiga ciri, yaitu malas beramal ketika sendirian dan giat beramal ketika berada di tengah-tengah orang ramai, menambah amaliyahnya ketika dirinya dipuji, dan mengurangi amaliyahnya ketika dirinya dicela.''

Bahaya riya’ :
1.     Ketidakpuasan, sakit hati, dan penyesalan ketika orang lain tidak menghargainya.
2.     Mengungkit-ungkit kebaikannya sendiri yang pernah dipersembahkan kepada orang lain.
3.     Tidak dapat bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah maupun berinteraksi dengan sesama manusia.
4.     Di akhirat akan dicampakkan ke dalam api neraka.


3.     Aniaya (adh-Dhulm)
Kata “adh-dhulm” berasal dari fi’l (kata kerja) “dhalama - yadhlimu” yang berarti “Menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya”. Dalam hal ini sepadan dengan kata “al-Jawr”.
Demikian juga definisi yang dinukil oleh Syaikh Ibnu Rajab dari kebanyakan para ulama. Dalam hal ini, ia adalah lawan dari kata al-‘Adl (keadilan).
Dengan demikian yang dimaksud dengan aniaya (dhulm) adalah meletakkan, menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya atau tidak sesuai dengan ketentuan Allah. Siapakah orang yang dhalim itu? Q.S Al Baqarah [2]: 229 menjawab :


 




Artinya :
“…Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka mereka itulah orang-orang yang dhalim.”

Dari Ibnu ‘Umar -radhiallaahu 'anhuma- dia berkata: Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam bersabda: “Kezhaliman adalah kegelapan (yang berlipat) di hari Kiamat”. (Muttafaqun ‘alaih)
Dari Jâbir bin ‘Abdillah bahwasanya Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam bersabda: “berhati-hatilah terhadap kezhaliman, sebab kezhaliman adalah kegelapan (yang berlipat) di hari Kiamat. Dan jauhilah kebakhilan/kekikiran karena kekikiran itu telah mencelakakan umat sebelum kamu”. (H.R.Muslim)
Hadits diatas dan semisalnya merupakan dalil atas keharaman perbuatan zhalim dan mencakup semua bentuk kezhaliman, yang paling besarnya adalah syirik kepada Allah Ta’âla sebagaimana di dalam firman-Nya: “Sesungguhnya syirik itu merupakan kedhaliman yang besar”.
Di dalam hadits Qudsiy, Allah Ta’âla berfirman: “Wahai hamba-hambaku! Sesungguhnya Aku mengharamkan kezhaliman terhadap diriku dan menjadikannya diharamkan antara kalian”.
Ayat-ayat dan hadits-hadits serta atsar-atsar tentang keharaman perbuatan dhalim dan penjelasan tentang keburukannya banyak sekali. Oleh karena itu, hadits diatas memperingatkan manusia dari perbuatan zhalim, memerintahkan mereka agar menghindari dan menjauhinya karena akibatnya amat berbahaya, yaitu ia akan menjadi kegelapan yang berlipat di hari Kiamat kelak.
Ketika itu, kaum Mukminin berjalan dengan dipancari oleh sinar keimanan sembari berkata: “Wahai Rabb kami! Sempurnakanlah cahaya bagi kami”. Sedangkan orang-orang yang berbuat zhalim terhadap Rabb mereka dengan perbuatan syirik, terhadap diri mereka dengan perbuatan-perbuatan maksiat atau terhadap selain mereka dengan bertindak sewenang-wenang terhadap darah, harta atau kehormatan mereka; maka mereka itu akan berjalan di tengah kegelapan yang teramat sangat sehingga tidak dapat melihat arah jalan sama sekali.

Klasifikasi Kezhaliman
Syaikh Ibn Rajab berkata: “Kezhaliman terbagi kepada dua jenis: Pertama, kezhaliman seorang hamba terhadap diri sendiri; Bentuk paling besar dan berbahaya dari jenis ini adalah syirik sebab orang yang berbuat kesyirikan menjadikan makhluk sederajat dengan Khaliq. Dengan demikian, dia telah menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya. Jenis berikutnya adalah perbuatan-perbuatan maksiat dengan berbagai macamnya; besar maupun kecil.
Kedua, kezhaliman yang dilakukan oleh seorang hamba terhadap orang lain, baik terkait dengan jiwa, harta atau kehormatan.
Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam telah bersabda ketika berkhuthbah di haji Wada’ : “Sesungguhnya darah, harta dan kehormatan kalian diharamkan atas kalian sebagaimana keharaman hari kalian ini, di bulan haram kalian ini dan di negeri (tanah) haram kalian ini”.
Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhary dari Abu Hurairah dari Nabi Shallallâhu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: “Barangsiapa yang pernah terzhalimi oleh saudaranya, maka hendaklah memintakan penghalalan (ma’af) atasnya sebelum kebaikan-kebaikannya (kelak) akan diambil (dikurangi); Bila dia tidak memiliki kebaikan, maka kejelekan-kejelekan saudaranya tersebut akan diambil lantas dilimpahkan (diberikan) kepadanya”.

Penyebab terjadinya
Ibnu al-Jauziy menyatakan: “kedhaliman mengandung dua kemaksiatan: mengambil milik orang lain tanpa hak, dan menentang Rabb dengan melanggar ajaran-Nya… Ia juga terjadi akibat kegelapan hati seseorang sebab bila hatinya dipenuhi oleh cahaya hidayah tentu akan mudah mengambil i’tibar (pelajaran)”.
Penyebab kedhaliman  juga dapat dikembalikan kepada definisinya sendiri, yaitu tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya. Dan hal ini terjadi akibat kurangnya pemahaman terhadap ajaran agama sehingga tidak mengetahui bahwa :
§  Hal itu amat dilarang bahkan diharamkan
§  Ketidakadilan akan menyebabkan adanya pihak yang terzhalimi
§  Orang yang memiliki sifat sombong dan angkuh akan menyepelekan dan merendahkan orang lain serta tidak peduli dengan hak atau perasaannya
§  Orang yang memiliki sifat serakah selalu merasa tidak puas dengan apa yang dimilikinya sehingga membuatnya lupa diri dan mengambil sesuatu yang bukan haknya
§  Orang yang memiliki sifat iri dan dengki selalu bercita-cita agar kenikmatan yang dirasakan oleh orang lain segera berakhir atau mencari celah-celah bagaimana menjatuhkan harga diri orang yang didengkinya tersebut dengan cara apapun
Terapinya
§  Mencari sebab hidayah sehingga hatinya tidak gelap lagi dan mudah mengambil pelajaran.
§  Mengetahui bahaya dan akibat dari perbuatan tersebut baik di dunia maupun di akhirat dengan belajar ilmu agama
§  Meminta ma’af dan penghalalan kepada orang yang bersangkutan selagi masih hidup, bila hal ini tidak menimbulkan akibat yang lebih fatal seperti dia akan lebih marah dan tidak pernah mau menerima, dst. Maka sebagai gantinya, menurut ulama, adalah dengan mendoakan kebaikan untuknya
§  Membaca riwayat-riwayat hidup dari orang-orang yang berbuat zhalim sebagai pelajaran dan i’tibar sebab kebanyakan kisah-kisah, terutama di dalam al-Qur’an yang harus kita ambil pelajarannya adalah mereka yang berbuat zhalim, baik terhadap dirinya sendiri atau terhadap orang lain.

4.     Diskriminasi
Diskriminasi adalah istilah populer yang seringkali kita dengar seiring dengan gencarnya istilah demokrasi disebut. Diskriminasi bermakna perbedaan warna kulit; perbedaan perlakuan terhadap sesama warga negara karena perbedaan warna kulit. Awal munculnya istilah ini memang dari adanya pembedaan perlakuan terhadap sesama warga negara atas dasar warna kulit. Ada kelompok warga berwarna kulit hitam dan putih.
Istilah deskriminasi kemudian meluas maknanya kepada segala bentuk pembedaan atas warga negara atas dasar suku bangsa dan ras antar negara (SARA).
Islam sangat mengecam perbuatan diskriminatif. Islam tidak memandang kemuliaan seseorang atas dasar penampakan lahiriyah dan segala unsur SARA. Memang kemajemukan umat adalah hal yang sangat wajar dan semestinya. Kemajemukan bukan untuk diperselisihkan atau dipertentangkan, karena memang kemajemukan ini adalah takdir Allah SWT.
Kemajemukan seyogyanya dijadikan media untuk saling mengenal, memahami dan mempelajari agar tampak mana siapa yang paling bertaqwa di sisi Allah SWT. Agar kita mampu menghindari sikap deskriminatif tersebut, sebaiknya kita mengambil hikmah dari firman Allah SWT dalam QS. Al Hujurat [49] : 10-13








 





























Artinya :
10. Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
11. Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
13. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Berdasarkan ayat-ayat di atas, kita bisa mengambil pelajaran untuk menghindari sikap diskriminatif sebagai berikut:
1.     Sesama orang yang beriman dan beragama Islam adalah saudara yang saling menyayangi dan menghormati.
2.     Yang membedakan mereka di sisi Allah adalah kualitas ketaqwaan mereka.
3.     Oleh karena itu kita dilarang untuk:
§  Saling merendahkan
§  Saling mencela
§  Saling memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan
§  Saling berperasangka jelek (saling curiga)
§  Saling mencari-cari kejelekan orang lain
§  Saling menggunjingkan
4.     Keragaman ciptaan, bangsa dan suku adalah sesuatu yang wajar dan niscaya.
5.     Allah tidak melihat kemuliaan seseorang dari penampilan luar.
6.     Sesungguhnya orang yang paling mulia disisi Allah ialah orang yang paling taqwa.
7.     Allah paling tahu siapa yang paling bertaqwa dan siapa yang hanya berpura-pura bertaqwa.


B.    TUGAS DAN PELATIHAN
Tugas individual.
1.    Hasud adalah bagian dari sikap batin berupa ….
a.    fasiq
b.    nifaq
c.    riya’
d.    syuh
e.    aniaya

2.    Sikap batin berupa kikir / bakhil dalam berbuat baik adalah ….
a.    syuh
b.    bakhil
c.    aniaya
d.    riya’
e.    sami’ah

3.    Ada 2 alasan sifat hasud harus dijauhi, yaitu ….
a.    tidak senang orang lain mendapat nikmat dan berusaha merusaknya
b.    sebagai akhlak yang tercela dan berusaha untuk menghilangkan kenikmatan orang lain
c.    tidak aman dirinya dari sifat iri hati dan membenci orang sedang mendapat kenikmatan
d.    menyebabkan sakit hati dan selalu merasa kurang dengan nikmat Allah yang ada padanya
e.    tidak dapat tenang hidupnya dan mengajak orang lain menghilangkan nikmat Allah yang sedang dinikmati temannya

4.    Riya' secara bahasa berarti ...
a.    takabbur
b.    sombong
c.    aniaya
d.    pamer
e.    melihat

5.    Ciri khas orang yang terkena sifat riya’ adalah ….
a.    banyak dan sering tampil di muka publik
b.    selalu ingin dipuji
c.    berusaha merebut simpati pendukungnya
d.    pasif dalam berkarya dan beribadah
e.    tidak banyak komentar dalam menghadapi masalah

6.    Orang yang menampakkan kebenaran agama dan keyakinannya, padahal dia tidak seperti itu maka sikap tersebut menggambarkansikap riya’ dalam ….
a.    batin
b.    perbuatan
c.    urusan agama
d.    duniawi
e.    niat

7.    Menurut Q.S  Al Baqarah 229 yang disebut orang dhalim itu adalah ….
a.    orang yang melanggar hukum-hukum Allah
b.    perbuatan yang mendatangkan madlarat / bahaya
c.    orang berperilaku tercela
d.    orang yang dibenci oleh semua manusia
e.    orang yang tutur katanya menyakitkan pendengarnya

8.    Orang yang keluar dari Islam (murtad) berarti dia telah berbuat dhalim terhadap ....
a.    Allah SWT.
b.    Orang tua
c.    Sesama manusia
d.    Nikmat Allah
e.    Diri sendiri

9.    Akibat dhalim terhadap lingkungan hidup misalnya menebang hutan secara liar (illegal logging) maka terjadilah ...
a.    Kerusakan tata tertib hidup bermasyarakat
b.    Tanah longsor dan banjir
c.    Badai sunami dan katarina
d.    Kesenjangan sosial
e.    Musnahnya alam semesta

10.  Dhalim kepada binatang misalnya ….
a.    menyembelih
b.    membunuh dengan cepat
c.    membunuh secara pelan-pelan
d.    tidak memandikannya
e.    disuruh menarik gerobak
11.  Berikut ini mana yang termasuk perbuatan aniaya ( dhalim ) kepada diri sendiri?
a.    puasa sepanjang tahun
b.    tidak tidur
c.    mogok makan
d.    tinggal di rumah sendirian
e.    terlalu sering makan minum

12.  Berikut ini mana yang termasuk perbuatan aniaya ( dhalim ) kepada diri sendiri?
a.    puasa sepanjang tahun
b.    tidak tidur
c.    mogok makan
d.    tinggal di rumah sendirian
e.    terlalu sering makan minum

Jawablah pertanyaan di bawah ini !

  1. Jelaskan perbedaan antara hasud dengan iri hati !
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
  1. Jelaskan mengapa sifat hasud harus dijauhi !
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
  1. Sebutkan sifat iri yang diperbolehkan menurut hadits Rasulullah SAW :
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
  1. Sebutkan bahaya hasud !
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
  1. Bagaimana kiat menghindari hasud ?
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
  1. Jelaskan ciri-ciri orang yang tekena sifat riya' !
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
  1. Kemukakan contoh-contoh riya’ dalam niat, riya’ dalam perbuatan, dan riya’ dalam urusan duniawi !
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
  1. Sebutkan bahaya riya’ !
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
  1. Sebutkan alasan mengapa perbuatan aniaya harus dijauhi !
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
  1. Bagaimana langkah-langkah menghindari sifat aniaya ?
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar